Hari Terakhir Aku Berpacaran
oleh : Rusyaid bin Harun
oleh : Rusyaid bin Harun
Aku biasa dipanggil Rusyaid (disingkat jadi Rusy).
Rusyaid ketika itu duduk dibangku SMA, mengecap pendidikan
sebagaimana layaknya anak-anak negeri ini pada umumnya.
Rusyaid berasal dr keluarga miskin yang sederhana. Orang tua kami hidup dr berdagang kaki lima
dari satu tempat ke tempat lainnya. Puluhan tahun pekerjaan itu telah mereka
geluti demi menghidupi keluarga.
Dari bocah, keluarga kami telah mengenalkan dan mendekatkan
kami ke masjid ‘rumah Allah’.
Itulah bekal awal kecintaan kepada Islam berawal dr kebiasaan orang
tua membawa kami ke masjid, sampai kami sendiri terdorong mendatanginya,
walaupun orang tua tidak lagi memerintahkan kami kala itu.
Si bocah Rusyaid –kala itu- hidup tumbuh pada umumnya
anak-anak Islam sebayanya, tidak mengenal Islam dengan baik sebagaimana yang
diajarkan oleh Rasul –alaihish sholatu wassalam- dan para sahabat –rodiallohu
anhum-.
Islamnya di sisi mereka hanya Islam abangan yang
turun-temurun terwarisi dr kebiasaan leluhur yang terlahir sebagai muslim. Alhamdulillah
ala kulli haal.
Rusyaid kecil adalah seorang juara kelas yang selalu
mendapatkan peringkat kelas yang baik semasa SD.
Keunggulan itu senantiasa mengiringinya saat Rusyaid duduk di
bangku SMP. Terus berlanjut sampai ke jenjang SMA.
Rusyaid mendapatkan penghargaan dari sekolah sebagai siswa
terbaik yang mendapatkan bea siswa yg kala itu amat susah diperoleh.
Masa-masa SMA adalah masa emas yang penuh keindahan dan
kenangan yang bergulir diantara rasa bahagia dan rasa sedih. Masa-masa itu
adalah masa-masa yang terbaik dalam kenangan hidup.
Rusyaid adalah siswa yang tergolong serius dalam
pendidikannya. Ia jarang bercanda layaknya anak muda seusianya. Tapi jika
dicandai, bisa juga lho orangnya bercanda.
Orangnya santai dan mudah bergaul dengan setiap orang, baik
kawan sejenis atau lawan jenis.
Prestasi Rusyaid di sekolah membuatnya pernah dicalonkan jadi
ketua OSIS, dan banyak lho penggemarnya. Walaupun ia sendiri nggak suka
berorganisasi, krn ia takut jangan sampai hal itu menyibukkannya dari belajar
dan membantu orang tua dalam berjualan.
Pasalnya, habis sekolah, ia harus ganti kostum sebagai
seorang penjual dan narik becak. Hehehe, nggak malu ya? Nggak malu dong! Kan
halal, daripada ngemis di lampu merah sambil pegang gitar. Haram lagi! Kan music
harom!! Hehehe, santai aja dah.
Sejak kecil, Rusyaid berjualan asongan di pasar dan terminal
yang bersebelahan dengan pasar, mulai dari jajakan korek, permen, gorengan,
sampai rokok. Weweweh, kan rokok harom dalam agama. Betul harom, tapi kan aku
kala itu belum ngaji dan tarbiyah, akhi. Rusyaid masih jahil kala itu!!
Di tengah kesibukan seperti dalam kesehariannya, Rusyaid yang
cerdik ini, “curi waktu” untuk meringkas semua pelajaran sekolahnya. Kebiasaan
meringkas itu, telah aku geluti sejak kelas 1 SMA, karena aku pikir tak ada
waktu untuk belajar sepulang jualan.
Maklum, jualannya dr siang sampai sore, dan kadang pun sampai
malam. Sepulang ke rumah, semua badan penat dan mata mulai redup. Apalagi di
subuh hari, aku harus siapin semua jualan ibu yg slama ini menjadi tulang
punggung keluarga kami.
Tahu nggak kalau ibu Rusyaid hrs menghidupi 5 orang dalam
satu waktu : satu kakak lg kuliah, satu kakak di SMA, satu kakak di SMP, dan
satu cucu di TK. Aku sendiri kala ditinggal ayah masih duduk dibangku SD. Belum
lg, sawah kami yg tergadai harus dilunasi dalam tempo cepat.
Betul-betul kala itu, aku dan ibu harus banting tulang, peras
keringat demi kehidupan keluarga.
Tapi semua kendala dan problema berat mengajarkan kepada kami
sebuah prinsip hidup bahwa bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian.
Tahun pertama di bangku SMA, setiap pagi kami harus berjalan
kaki bersama teman-teman menuju sekolah dalam jarak jauh. Sepatu pun cepat
pupus akibat bebatuan kasar yang mengiringi setiap langkah. Kadang juga
kesandung lho. Tapi nggak apa-apa kok, biar nggak melamun mulu. Hehehe.
Salah seorang teman yang biasa menyertaiku, teman sekelas
kami, yah panggil saja Ratna. Dia adalah “teman setiaku” berjalan kaki setahun
menuju sekolah.