Minggu, 01 November 2015

Hukum Memakai Susuk pada Tubuh

Hukum Memakai Susuk pada Tubuh

Artikel kali ini akan menyajikan sebuah pertanyaan yang akan dijawab oleh Akhuna Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah -hafizhohulloh- tentang masalah "memakai susuk pada tubuh" dengan menggunakan sihir. Apakah pelakunya diampuni dan bagaimana cara melepaskannya.

Tanya : Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Akhi, ana (saya) mau nanya.. mudah-mudahan dijawab langsung oleh ustadz, karena ini sangat penting bagi ana atau mungkin ada orang lain yang senasib.
Tahun 1997, ana merantau ke jakarta. Disana, ana terjebak syirik, yakni dengan memasang susuk pada tubuh. Setelah itu, pada saat tidur, ana sering merasa diganggun oleh makhluk halus (mimpi buruk dan menyeramkan), malas beribadah dsb..
yang ana tanyakan:
1. Mungkinkah dosa ana diampuni, bagaimana cara ana bertobat?
2. Bila ana meninggal dunia sementara susuk yang ana pasang masih ada (berpengaruh), apakah kematian ana kafir?
3. Bolehkan ana minta tolong orang untuk ruqyah, atau mungkinkah susuk itu bisa hilang sendiri?
4. Sudah beberapa bulan ini ana mengikuti kajian salaf/salafy, apakah ana terkategori sebagai orang munafik, bila saat ini kadang-kadang masih menggunakan pakaian isbal (melewati kedua mata kaki), terutama bila di masyarakat umum. Soalnya, ana takut di kira orang alim, bila berpakaian diatas mata kaki sementara ana masih sangat awam. Ana sangat membutuhkan jawabannya. ana ingin meninggal dunia sebagai muslim. Jazakummullah Khairon wa barrokallahu fiik


Jawab : Wa’alaykumussalam warohmatullah wabarokatuh
1. Insya Allah, dosa antum (anda) akan diampuni, jika antum jujur dalam bertaubat, meninggalkan dosa, dan tidak mengulanginya. JIka antum mengulangi dosa syirik itu, dan antum meninggal diatasnya, maka dosa antum tidak akan diampuni dan kelak akan dimasukkan dalam neraka. Allah Ta’aala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا [النساء : 48]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisaa: 48)
2. Adapun masalah susuk, maka antum berusaha menghilangkannya, dengan cara me-ruqyah diri sendiri dengan membaca ayat-ayat Al-Quran, dan dzikir-dzikir pagi dan sore yang ada dalam hadits yang shahih. Jika susuk itu tidak bisa hilang, sedangkan antum sudah bertaubat dan menyesali perbuatan tersebut, lalu antum meninggal, maka antum -insya Allah- akan meninggal di atas tauhid.
3. Tidak usah meminta ruqyah kepada orang lain, dan cukup me-ruqyah diri sendiri dan dengan izin Allah dan usaha dari antum niscaya susuk itu akan hilang.
4. Pakailah pakaian yang sunnah, yaitu pakaian yang tidak melewati mata kaki, sekalipun orang-orang sekitar kita menganggap kita aneh, karena itulah sunnatullah bagi para penegak sunnah; mereka akan dicemooh, dianggap asing, dijauhi. Namun bersabarlah diatas sunnah, niscaya Anda termasuk dalam sabda Nabi Shalallaahu ‘alaihi wasallam :
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam ini awal kali munculnya dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang sholeh (baik) ketika manusia rusak. Maksudnya, mereka (orang-orang asing karena melaksanakan sunnah) tetap dalam keadaan baik aqidahnya, ibadahnya, dan akhlaknya bagus di tengah manusia yang rusak akidahnya, ibadahnya, dan akhlaknya.

Jadi, seseorang yang menapaki manhaj salaf di akhir zaman ini, harus bersabar ditengah manusia-manusia rusak yang menganggap para penegak sunnah sebagai orang yang asing, dan musuhnya.

Inilah yang dikabarkan oleh Nabi Shalallaahu ‘alaihi wasallam :
و إن من ورائكم أيام الصبر الصبر فيهن مثل قبض على الجمر للعامل فيهن مثل أجر خمسين رجلا يعملون مثل عملكم قالوا : يا رسول الله أجر خمسين منهم ؟ قال : لا بل أجر خمسين منكم
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari di mana orang yang sabar. Ketika itu seperti memegang bara api. Mereka yang mengamalkan sunnah pada hari itu akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian yang mengamalkan amalan tersebut. Para Shahabat bertanya: “Mendapatkan pahala lima puluh kali dari kita atau dari mereka?”
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab: “Bahkan lima puluh kali pahala dari kalian”. (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Dan dishahihkan oleh Imam Hakim dan disepakati oleh Dzahabi; lihat Dharuratul Ihtimam, Syaikh Abdus Salam bin Barjas, hal. 49)
Dibawah naungan cahaya hadits ini, kita mendapatkan petunjuk dan bimbingan bahwa orang-orang asing yang melaksanakan sunnah akan menghadapi kondisi yang susah, antara mengikuti sunnah ataukah meninggalkan sunnah.
Disinilah seorang membutuhkan kesabaran agar dia tetap berada dalam sunnah. InsyaAllahu Ta’aala, kesabaran inilah yang akan mengumpulkan kita bersama Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam di akhirat kelak. Allahumma Amin.

Dijawab oleh Al-Ustadz Abdul Qadir Abu Fa’izah


Link : (buka disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya yang sopan