Kamis, 28 April 2016

Empat Buah Ketaqwaan

Hasil gambar untuk buah dari taqwa
"Empat Buah Ketaqwaan"
Taqwa adalah sebuah kemuliaan. Dengannya, seorang mendapatkan fadhilah dan keutamaan di sisi Allah -Tabaroka wa Ta'ala-. Setiap hamba yang beriman diperintahkan oleh Allah -Azza wa Jalla- untuk selalu menjaga dan memelihara ketaqwaannya.

Ketaqwaan merupakan cerminan taatnya seorang hamba kepada Allah dan jauhnya ia dari segala warna maksiat. Kalaupun ia jatuh dalam maksiat, maka ia segera terdorong untuk bertobat dan menutupi keburukan maksiatnya dengan kebaikan dan amal sholih. Dosa di sisinya, bagaikan gunung tinggi yang siap menimpa dirinya.


Soerang hamba yang bertaqwa selalu diiringi oleh dzikrullah (mengingat Allah). Lisannya senantiasa basah dengan dzikrullah dalam memuji dan memohon kepada Robb-nya. Batinnya selalu menuju ke atas Arsy dalam mengingat Allah -Subhanahu wa Ta'ala-. Anggota badannya pun bergerak dan berbuat sesuai tuntutan dzikrullah (mengingat Allah). Kakinya melangkah kepada suatu tempat yang mengingatkannya akan kebesaran Tuhannya. Tangannya senantiasa terulur kepada kau fuqoro' dan miskin, atas tuntutan dzikrullah (ingatannya kepada Allah). Ia melihat dirinya di dunia seakan berdiri di hadapan Allah, membutuhkan uluran bantuan dari Allah Al-Aziz Al-Ghoffar, di Hari Pembalasan yang amat mengerikan.

Seorang yang bertaqwa di kala mendapatkan nikmat apa saja, maka nikmat ia syukuri dengan jiwa dan raganya, Lisannya memuji Allah -Azza wa Jalla- atas nikmat ia terima. Hatinya mengikrarkan akan kemurahan Allah yang telah menganugerahkan semua nikmat itu kepadanya. Kemudian semua nikmat itu ia gunakan dalam pengabdian dan ketaatannya kepada Allah –Jalla Dzikruh-.

Jika seorang hamba berada di atas kondisi demikian, maka itulah sebenar-benarnya taqwa. Inilah yang pernah difirmankan oleh Allah -Ta'ala- dalam sebuah ayat yang agung tentang taqwa,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران/102]
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran : 102)

Di saat menjelaskan makna "sebenar-benar takwa kepada-Nya", Sahabat yang mulia, Abdullah bin Mas'ud Al-Hudzaliy -radhiyallahu anhu- berkata,
أَنْ يُطَاعَ فَلاَ يُعْصَى، وَيُذْكَرَ فَلاَ يُنْسَى، وَيُشْكَرَ فَلاَ يُكْفَرُ.
"Allah ditaati, tidak dimaksiati; Allah diingat, tidak dilupakan; Allah disyukuri, tidak di-kufur-i (tidak diingkari nikmat-Nya)."
[HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (34553) secara ringkas, Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (no. 3159), Ath-Thobariy dalam Jami' Al-Bayan (7/65/no. 7536), Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (no. 2679), dan lainnya. Adz-Dzahabiy menyatakan atsar ini shohih][1]

Ketaqwaan yang melahirkan ketaatan, dzikrullah (mengingat allah) dan kesyukuran merupakan kedudukan tinggi yang akan mendapatkan balasan dan keutamaan yang agung.

Allah -Tabaroka wa Ta'ala- berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
"Hai orang-orang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepada kalian "Furqaan" (pembeda), Kami akan tutupi (menebus) kesalahan-kesalahan kalian, dan mengampuni (dosa-dosa) kalian. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Al-Anfaal : 29)

Allah -Ta'ala- menghimbau kepada orang-orang yang membenarkan Allah Rasul-Nya bahwa jika mereka bertaqwa kepada Allah dengan menaati-Nya, menunaikan kewajiban-kewajibannya kepada Allah, menjauhi maksiat, serta tidak mengkhianati Allah, Rasul-Nya, dan amanah yang dipercayakan kepadanya, maka Allah akan berikan kepadanya "furqon", pembeda antara kebenaran yang dipijaki oleh kaum beriman dengan kebatilan orang-orang yang menginginkan keburukan bagi kaum mukminin dari kalangan kaum musyrikin dengan datangnya pertolongan Allah kepada kaum beriman atas kaum kafir serta diberikannya kemenangan bagi orang-orang beriman. Allah juga akan menebus dan menghapuskan dosa-dosa orang-orang beriman yang pernah mereka kerjakan dahulu, serta Allah akan mengampuni dan menutupi dosa-dosa kalian, sehingga Allah tidak menghukum mereka karenanya. [Lihat Tafsir Ath-Thobariy (13/487)]

Dari sini, anda lihat bahwa orang-orang bertaqwa dari kalangan kaum mukminin mendapatkan 4 buah dari ketaqwaan mereka kepada Allah :
·       Diberi furqon 'pembeda' antara kebenaran dan kebatilan. Ia mampu melihat jalan-jalan kebenaran, sehingga ia pun mengikutinya dan ia mengetahui jalan-jalan kebatilan atau kesesatan, sehingga ia pun menjauh darinya dan selamat di dunia dan akhiratnya.
·       Allah hapuskan dosa-dosa yang pernah mereka kerjakan dahulu. Mestinya mereka mendapatkan hukuman atas dosa-dosa itu, tapi atas karunia Allah, semua terhapuskan di sisi Allah, berkat ketaqwaan mereka saat di dunia.[2]
·       Mereka meraih pengampunan dari Allah Sang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dosa-dosa mereka diubah menjadi balasan kebaikan-kebaikan saat berjumpa dengan Allah -Azza wa Jalla-.
·       Disediakan pahala dan ganjaran kebaikan bagi kaum bertaqwa.

Sungguh ini merupakan sebuah keberuntungan yang tiada taranya, di saat Allah memberikan hidayah kepada seorang hamba, pengampunan dan ganjaran pahala yang besar.

Ahli Tafsir Jazirah Arab, Al-Imam Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'diy -rahimahullah- berkata saat mengomentari ayat dari Suroh Al-Anfaal tersebut,
اِمْتِثَالُ الْعَبْدِ لِتَقْوَى رَبِّهِ عُنْوَانُ السعادةِ، وَعَلاَمَةُ الْفَلاَحِ، وَقَدْ رَتَّبَ اللّهُ عَلَى التَّقْوَى مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ شَيْئًا كَثِيْرًا،فَذَكَرَ هُنَا أَنَّ مَنِ اتَّقَى اللّهَ حَصَلَ لَهُ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءٍ، كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا:
اْلأَوَّلُ: الْفُرْقَانُ: وَهُوَ الْعِلْمُ وَالْهُدَى الَّذِيْ يُفَرِّقُ بِهِ صَاحِبُهُ بَيْنَ الْهُدَى وَالضَّلاَلِ، وَالْحَقِّ وَالْبَاطِلِ، وَالْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ، وَأْهْلِ السَّعَادَةِ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ.
الثَّانِيْ وَالثَّالِثُ: تَكْفِيْرُ السَّيِّئَاتِ، وَمَغْفِرَةُ الذُّنُوْبِ، وَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا دَاخِلٌُ فِي اْلآخَرِ عِنْدَ اْلإِطُلاَقِ، وَعِنْدَ اْلاِجْتِمَاعِ يُفَسَّرُ تَكْفِيْرُ السَّيِّئَاتِ بِالذُّنُوْبِ الصَّغَائِرِ، وَمَغْفِرَةُ الذُّنُوْبِ بِتَكْفِيْرِ الْكَبَائِرِ.
الرَّابِعُ: اْلأَجْرُ الْعَظِيْمُ وَالثَّوَابُ الْجَزِيْلُ لِمَنِ اتَّقَاهُ وَآثَرَ رِضَاهُ عَلَى هَوَى نَفْسِهِ.
"Perealisasian seorang hamba terhadap ketaqwaan kepada Robb-nya merupakan tanda kebahagiaan, dan alamat keberuntungan. Sungguh Allah telah menyiapkan sesuatu yang banyak bagi ketaqwaan itu berupa kebaikan dunia dan akhirat. Allah sebutkan disini bahwa siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka akan tercapai baginya empat perkara (buah). Setiap dari keempat perkara itu adalah lebih baik dibandingkan dunia beserta isinya :
Yang pertama : Al-Furqon 'Pembeda'. Itulah ilmu dan hidayah, yang dengannya pemiliknya dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, antara kebenaran dan kebatilan, antara yang halal dan haram, serta antara pemilik kebahagiaan (orang beriman) dan pemiliki kesengsaraan (kaum kafir).
Yang kedua dan ketiga : Penebusan dosa dan pengampunannya. Setiap dari kedua hal ini masuk dalam (kategori) yang lain saat digunakan. Ketika (keduanya) bergabung (dalam satu kalimat), maka ditafsirkan penebusan dosa-dosa dengan "dosa-dosa kecil", sedang pengampunan dosa-dosa dengan "pengahpusan dosa-dosa besar".
Yang keempat : pahala yang besar dan balasan yang banyak bagi orang yang bertaqwa kepada-Nya dan mengutamakan ridho-Nya atas hawa nafsunya." –Selesai Nukilan-
[Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 319) oleh As-Sa'diy, cet. Mu'assasah Ar-Risalah]

Perhatikanlah khasiat dari ketaqwaan. Ia mampu melahirkan ilmu dan hidayah, yakni ilmu wahyu dari Al-Qur'an dan Sunnah. Ia mampu menghapuskan dosa kecil dan dosa besar. Ia adalah sebab seorang hamba mendapatkan kenikmatan besar di akhirat berupa surga yang amat indah dan penuh kenikmatan. Belum lagi kenikmatan terbesar dalam surga, insya Allah akan ia petik berupa melihat keindahan wajah Allah -Subhanahu wa Ta'ala-.

Itulah buah ketaqwaan yang dipetik oleh seorang hamba yang telah bersabar dan bersusah payah dalam membimbing jiwa dan raganya di atas ketaatan serta mengekang hawa nafsunya dari segala maksiat yang dibenci oleh Allah -Tabaroka wa Ta'ala-.







[1] Hadits ini diriwayatkan secara marfu', hanya saja ia dho'if (lemah). Yang shohih adalah riwayat mauquf.
[2] Disini ada isyarat bahwa orang yang bertaqwa terkadang jatuh dalam dosa, kecuali para nabi dan rasul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya yang sopan