Duduk Tasyahhud yang
Benar
oleh : Ustadz Abul
Asybal, Lc.
Banyak
teman yang bertanya kepada kami tentang posisi duduk tasyahhud, saat seseorang
melakukan sholat satu atau dua raka'at. Mereka bertanya-tanya seperti ini,
karena melihat realita di tengah kaum muslimin berupa adanya sebagian kaum
muslimin yang melakukan tawarruk (duduk sambil menyentuhkan pantat kiri di
lantai) saat sholat satu atau dua raka'at, dan ada juga yang duduk iftirosy
(duduk di atas telapak kaki kiri).
Menjawab
simpang-siur seperti ini, ada baiknya kami bawakan jawabannya dengan mengambil
dan menyarikan fatwa ulama Al-Lajnah Ad-Da'imah (7/15)
Duduk
tawarruk atau iftirosy ketika tasyahhud dalam sholat dua raka'at termasuk
perkara ijtihadiyyah, para ulama fiqih berselisih pendapat padanya. Ada yang berpendapat bahwa
ia iftirosy-kan (bentangkan) telapak kaki kirinya, dan menegakkan kaki kanannya,
sambil duduk di atas telapak kaki kiri.
Sekelompok
ulama' lain, seperti Asy-Syafi'iy -rahimahullah- berpendapat bahwa
seorang ber-tawarruk (menyentuhkan pinggul kanannya ke lantai) ketika ia tasyahhud
dalam sholat dua raka'at; sama saja dalam sholat fardhu atau nafilah
(sunnah).
Namun
pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah pendapat pertama yang
menyatakan bahwa seorang ketika ber-tasyahhud dalam sholat satu atau dua
raka'at, maka ia dalam posisi iftirosy berdasarkan dalil-dalil berikut:
§
Hadits
Wa'il bin Hujr
Wa'il
bin Hujr -radhiyallahu 'anhu- berkata,
لأنظرن
إلى صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم كيف يصلي ؟ فقام رسول الله صلى الله عليه وسلم
فاستقبل القبلة فكبر فرفع يديه حتى حاذتا بأذنيه ثم أخذ شماله بيمينه فلما أراد أن
يركع فرفعهما [ إلى ] مثل ذلك قال ثم جلس فافترش رجله اليسرى ووضع يده اليسرى
على فخذه اليسرى وحد مرفقه الأيمن على فخذه اليمنى وقبض ثنتين وحلق حلقة ورأيته يقول
هكذا وحلق بشر الإبهام والوسطى وأشار بالسبابة
"Sungguh melihat sholatnya
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-, bagaimana beliau sholat? Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- berdiri seraya menghadap kiblat. Beliau
bertakbir dan mengangkat tangan sampai sejajar dengan kedua telinganya.
Kemudian beliau memegang tangan kirinya dengan (menggunakan) tangan kanannya.
Tatkala beliau hendak rukuk, maka beliau mengangkat kedua tangannya sampai
seperti itu.
Dia
(Wa'il) berkata, "Kemudian beliau duduk seraya membentangkan
(iftirosy-kan) kaki kirinya, meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya,
mengangkat lengan kanannya di atas paha kanannya, menggenggam kedua jarinya
(jari kelingking dan jari manis), membentuk lingkaran (dengan ibu jari dan jari
tengah)". [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya
(no. 726 & 957) dan An-Nasa'iy dalam Sunan-nya (no. 1265).
Lihat Shohih Abi Dawud (716)]
§
Hadits
Rifa'ah bin Rofi'
Dari
Rifa'ah bin Rofi' -radhiyallahu anhu- dari Rasulullah -Shallallahu
alaihi wa sallam- bersabda,
إذا
قمت فتوجهت إلى القبلة فكبر ثم اقرأ بأم القرآن وبما شاء الله أن تقرأ وإذا ركعت فضع
راحتيك على ركبتيك وامدد ظهرك " وقال " إذا سجدت فمكن لسجودك فإذا رفعت فاقعد
على فخذك اليسرى
"Jika kamu berdiri seraya
menghadap kiblat, maka bertakbirlah, lalu bacalah Ummul Qur'an (Al-Fatihah) dan
sesuatu yang Allah hendaki engkau baca. Bila engkau rukuk, maka letakkanlah
kedua telapak tanganmu pada kedua lututmu dan datarkan (luruskan)
punggungmu".
Beliau
bersabda, "Jika kamu sujud, maka kuatkan (telapakmu) untuk sujudmu. Jika
kamu bangkit (dari sujud), maka duduklah di atas paha kirimu". [HR.
Abu Dawud dalam Sunan-nya (no. 859). Dinyatakan hasan oleh
Syaikh Al-Albaniy]
§
Hadits
Abu Humaid As-Sa'idiy
Abu
Humaid -radhiyallahu anhu- berkata,
إن
رسول الله صلى الله عليه وسلم جلس يعني للتشهد فافترش رجله اليسرى وأقبل بصدر اليمنى
على قبلته ووضع كفه اليمنى على ركبته اليمنى وكفه اليسرى على ركبته اليسرى وأشار
بإصبعه يعني السبابة
"Sesungguhnya Rasulullah
-Shallallahu alaihi wa sallam- duduk tasyahhud sambil membentangkan
(iftirosy-kan) kaki kirinya, menghadapkan punggung telapak kaki kanannya ke
kiblat, meletakkan telapak tangan kanannya di atas lutut kanannya dan telapak
tangan kirinya di atas lutut kirinya serta beliau berisyarat dengan jari
telunjuknya". [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya
(no. 293)]
§
Hadits
Abul Jauza' dari A'isyah
Dari
Abul Jauza' dari A'isyah -radhiyallahu anha-
berkata,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يستفتح
الصلاة بالتكبير والقراءة بالحمد لله رب العالمين وكان إذا ركع لم يشخص رأسه ولم
يصوبه ولكن بين ذلك وكان إذا رفع رأسه من الركوع لم يسجد حتى يستوي قائما وكان إذا
رفع رأسه من السجدة لم يسجد حتى يستوي جالسا وكان يقول في كل ركعتين التحية وكان
يفرش رجله اليسرى وينصب رجله اليمنى وكان ينهى عن عقبة الشيطان وينهى أن يفرش
الرجل ذراعيه افتراش السبع وكان يختم الصلاة بالتسليم
"Dahulu Rasulullah -Shallallahu
alaihi wa sallam- membuka sholatnya dengan takbir dan bacaan
"alhamdulillahi Robbol alamin" (yakni, Al-Fatihah). Jika beliau
rukuk, maka beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak pula terlalu
menundukkannya, akan tetapi diantara hal itu. Bila beliau mengangkat kepalanya
dari rukuk, maka beliau tidak sujud sampai beliau tegak berdiri. Jika beliau
angkat kepala dari sujud, maka beliau tidak sujud (untuk kedua kalinya) sampai
tegak duduk. Beliau mengucapkan tahiyyat pada setiap dua rakaat dan beliau
menghamparkan (iftrosy-kan) kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Beliau
melarang dari cara duduknya setan serta melarang seseorang dari menghamparkan
kedua lengannya (di atas lantai) seperti binatang buas menghamparkan (kedua
lengannya). Beliau menutup sholatnya dengan salam". [HR. Muslim (498), Abu Dawud (no. 783), dan Ibnu
Majah (no. 869)]
Semua
hadits-hadits, walaupun ia muthlaq, hanya saja hadits Abu Humaid
As-Sa'idiy -radhiyallahu anhu- tentang sifat sholat Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- men-taqyid ke-muthlaq-an ini. Sebab, ia
membedakan antara duduk tasyahhud pada rakaat terakhir dalam sholat
empat rakaat dan antara duduk tasyahhud dalam sholat dua rakaat.
Beliau
(Abu Humaid) menyebutkan duduk tawarruk (menempelkan bokong ke lantai)
pada duduk (tasyahhud) dalam sholat empat rakaat dan iftirosy (duduk di
atas telapak kaki kiri sambil menghamparkannya) serta menegakkan kaki kanan
dalam duduk (tasyahhud) dalam sholat dua rakaat.
Hadits
Abu Humaid datang dalam keadaan muthlaq, lalu dijelaskan dan di-taqyid
oleh riwayat lain.
Adapun
riwayat yang muthlaq, maka lafazh-nya:
حَتَّى
إِذَا كَانَتِ الرَّكْعَةُ الَّتِي تَنْقَضِي فِيهَا الصَّلَاةُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى،
وَقَعَدَ عَلَى شِقِّهِ مُتَوَرِّكًا، ثُمَّ سَلَّمَ
"…sehingga bila tiba rakaat
yang di dalam sholat berakhir, maka ia mengundurkan (mengeluarkannya) kaki
kirinya dan duduk pada sebelahnya sambil ber-tawarruk (duduk di atas
bokong kiri), lalu bersalam". [At-Tirmidziy (304) dan An-Nasa'iy (1262)]
Sedang
riwayat muqoyyad, lafazh-nya berikut ini:
فَإِذَا
جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى
وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى
وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ
"Jika ia duduk (untuk tasyahhud
pertama) pada dua rakaat, maka beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan
kaki kanannya. Jika beliau duduk di rakaat terakhir (untuk tasyahhud akhir),
maka beliau memajukan kaki kirinya dan menegakkan kaki yang lain dan duduk di
atas bokongnya". [HR. Al-Bukhoriy
(828)]
Hal
itu menunjukkan sunnahnya duduk tawarruk dalam duduk tasyahhud pada sholat empat rakaat dan sehukum dengannya, sholat
Maghrib.
Adapun
selain itu berupa duduk yang lainnya, maka ia berdasarkan konsekuensi nash-nash
yang ada, yaitu duduk iftirosy, sama saja dalam hal itu apakah berupa
duduk tasyahhud akhir untuk sholat dua rakaat ataukah berupa tasyahhud
pertama dalam sholat tiga rakaat dan empat rakaat serta duduk diantara dua
sujud.
Duduk iftirosy
juga disunnahkan dalam duduk tasyahhud pada sholat witir (baik witirnya berupa
3 rakaat atau satu rakaat), karena kesamaan hukumnya dengan sholat dua rakaat
yang hanya memiliki satu tasyahhud. Wallahu A'lam bish showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya yang sopan