Jumat, 15 Januari 2016

Lagi-lagi Teroris!! (Menanggapi Aksi Teroris Sarinah-Jakarta Pusat)

Lagi-lagi Teroris!!
.................................. 
Banyak huru-hara dan musibah yang menimpa negeri ini. Setiap orang merasakan pahit dan getirnya segala musibah tersebut. Belum terlupakan dalam pikiran kita dan belum terhapus pahitnya hal itu dari memori hati setiap orang, tiba-tiba kita dikejutkan oleh ulah seorang pemuda yang meledakkan dirinya dengan sebuah bom di tengah jama’ah yang sedang sholat di Mapolres Cirebon Kota, pada tanggal 15 April 2011 M. Ulah itu menelan  korban luka-luka dan matinya teroris tersebut.[1]

Semua ini merupakan sikap arogan yang timbul karena ketidaksabaran sebagian masyarakat dalam bermuamalah (berinteraksi) dengan pemerintahnya.Sebagian diantara para teroris dunia yang hidup di negeri kaum muslimin, ada yang beralasan bahwa ia tak sabar melihat pemerintah negaranya berlumuran dengan maksiat. Ada yang beralasan, ia tak sabar meyaksikan para pemerintahnya tak berhukum dengan syariat Islam, sehingga menurutnya pemerintah adalah kafir (?). Ada yang tak sabar, karena memandang banyaknya korupsi, penganiayaan, sogok-menyogok dan lainnya. Sebagian lagi tak puas merasakan penderitaan yang menurut sangkaannya bahwa semua itu akibat ulah pemerintahnya!! Satu lagi diantara mereka menganggap bahwa pemerintahnya adalah antek-antek kaum kafir.
Kenyataan dan fakta seperti ini memaksa kita untuk melakukan napak tilas dan pengulangan sejarah hidup generasi emas yang biasa kita kenal dengan kaum “As-Salaf Ash-Sholih” (Pendahulu yang baik) dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in serta para pengikut mereka (semisal, Imam Malik, Asy-Syafi’y, Ahmad bin Hambal dan lainnya). Generasi inilah yang paling terbaik dalam memahami dan menerapkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Para As-Salaf Ash-Sholih mengajarkan kesabaran kepada kita dalam ber-mu’amalah dengan pemerintah muslim, bukan malah memberontak, menjelek-jelekkan mereka, menyakiti dan menzhaliminya. Tak boleh seorang muslim menyusahkan dan mencemaskan mereka, bahkan membantu dan meringankan beban mereka.
Mari kita bercermin kepada sebuah hadits yang diceritakan oleh Sahabat yang mulia, Hudzaifah bin Al-Yaman -radhiyallahu anhu-, saat beliau berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا بِشَرٍّ فَجَاءَ اللَّهُ بِخَيْرٍ فَنَحْنُ فِيهِ فَهَلْ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ هَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الشَّرِّ خَيْرٌ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَهَلْ وَرَاءَ ذَلِكَ الْخَيْرِ شَرٌّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ كَيْفَ قَالَ يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kita dahulu berada dalam kejelekan, lalu Allah mendatangkan kebaikan, lalu kami berada di dalamnya. Apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan? Beliau jawab, “Ya”. Aku katakan, “Apakah setelah kejelekan itu ada kebaikan?”. Beliau jawab, “Ya”. Aku katakan lagi, “Apakah setelah kebaikan itu ada kejelekan?” Beliau jawab, “Ya”. Aku katakan, “Bagaimana?” Beliau bersabda, “Akan ada setelahku beberapa pemimpin yang tak berpetunjuk dengan petunjukku, dan dan berteladan dengan sunnahku. Akan tegak diantara mereka beberapa tokoh yang hatinya adalah hati setan dalam tubuh seorang manusia”. Aku katakan, “Apa yang harus aku lakukan ya Rasulullah, jika menjumpai hal itu?” Beliau bersabda, “Engkau mendengar dan taat kepada pemerintah itu, walaupun ia memukul punggungmu, dan mengambil hartamu. Dengar dan taatilah”.[HR. Muslim dalam Kitab Al-Imaroh: bab Wujub Mulazamah Jama’ah Al-Muslimin inda Zhuhur Al-Fitan wa fi Kulli Haal wa Tahrim Al-Khuruj alaa Ath-Tho’ah wa Mufaroqoh Al-Jama’ah (3435)]
Hadits ini berisi bimbingan bahwa seorang muslim hendaknya selalu bersabar saat melihat ada kezhaliman yang muncul dari pemerintahnya yang muslim sampai pun ia mengambil harta kita secara aniaya dan menyakiti kita. Hadits inilah yang pernah diamalkan oleh Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Imam Ahmad bin Hambal Asy-Syaibaniy -rahimahullah- saat beliau diajak memberontak oleh sekelompok manusia di zamannya. Namun beliau engggan, sebab pembangkangan dan pemberontakan kepada pemerintah muslim hanyalah melahirkan keburukan besar bagi seluruh kaum muslimin.
Seorang diantara murid beliau, Abul Harits Ahmad bin Muhammad Ash-Sho’igh -rahimahullah- berkata menceritakan hal itu, “Aku pernah bertanya kepada Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal tentang suatu perkara yang terjadi di kota Baghdad; adanya suatu kaum yang mau memberontak, “Apa yang anda katakan tentang memberontak bersama kaum itu?” Kemudian beliau mengingkari mereka seraya berkata, “Subhanallah. Jagalah darah, jagalah darah. Aku tidak memandang hal itu baik, dan aku tak memerintahkannya. Bersabar di atas kondisi kita hadapi lebih baik dari fitnah (masalah yang timbul dari pemberontakan, -pen.). Nanti akan tertumpahkan darah di dalamnya, harta-harta akan dihalalkan, dan kehormatan-kehormatan akan ternodai. Bukankah engkau telah mengetahui kondisi manusia dahulu (yakni, pada hari-hari fitnah) ” Aku (Ash-Sho’igh) katakan, “Bukankah manusia pada hari ini juga berada dalam fitnah (masalah), wahai Abu Abdillah?” Beliau berkata, “Walaupun hal itu terjadi, maka itu hanyalah fitnah (masalah) yang khusus (parsial) saja. Jika terjadi perang, maka fitnah (masalah dan kerusakan) akan merata, dan jalan-jalan akan terputus. Bersabar di atas kondisi seperti (sekarang) ini, dan agamamu selamat adalah lebih baik bagimu”. (Kata Ash-Sho’igh), “Aku melihat beliau mengingkari pemberontakan terhadap pemerintah seraya berkata, “Jagalah darah; aku tak memandang hal itu boleh, dan aku tak memerintahkannya”. [Lihat As-Sunnah (89) karya Abu Bakr Al-Khollal]
Kejadian yang diisyaratkan oleh Imam Ahmad -rahimahullah- adalah fitnah Kholqil Qur’an (musibah keyakinan kafir yang menyatakan Al-Qur’an adalah makhluk). Suatu musibah yang timbul saat Kholifah Ma’mun memaksa para ulama –diantaranya Imam Ahmad- untuk menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Ini adalah kekufuran yang jelas!! Dalam kondisi ini Imam Ahmad memerintahkan mereka bersabar, jangan memberontak. Karena pemberontakan akan melahirkan banyak kerusakan, baik yang diketahui, maupun yang tak diketahui. Kalian telah melihat kerusakan itu beberapa tahun yang silam saat Pak Harto dilengserkan dalam sebuah gerakan yang disebut dengan “reformasi”!!!
Dalam kondisi yang susah seperti ini, apakah Al-Imam Ahmad selaku ulama besar di zamannya menghasung rakyat untuk membunuh pemerintah dengan berbagai macam cara?! Tentunya tidak!! Karena beliau adalah orang yang paling paham jalan hidup dan sunnah para sahabat yang melarang dari membunuh, menzhalimi  dan mencemarkan nama baik pemerintah. Bahkan Imam Ahmad -rahimahullah- mengajak kaum muslimin agar selalu bersabar dalam menghadapi kezhaliman mereka, sambil memberikan nasihat dengan cara yang terbaik serta mendoakan mereka agar mereka baik sehingga rakyat pun jadi baik.
Kita kembali kepada tindak jahat teroris yang melakukan pemboman di dalam rumah Allah (yakni, masjid). Orang yang seperti ini terancam dengan firman Allah -Azza wa Jalla-,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ مَنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَى فِي خَرَابِهَا أُولَئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ  [البقرة/114]
“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat”. (QS. Al-Baqoroh : 114)
Konon kabarnya, ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Romawi yang membantu seorang raja zholim untuk merobohkan Masjid Baitul Maqdis. Ada yang menyatakan bahwa ayat itu turun dan berkenaan dengan orang-orang kafir Quraisy yang menghalangi Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- untuk memasuki Masjidil Haram pada waktu beliau di Hudaibiyyah. [Lihat Zaadul Masiir (1/114) oleh Ibnul Jauziy]
Intinya, menghalangi orang dari masjid adalah perkara yang terlarang dan kezholiman yang paling besar, entah dengan cara merobohkan masjid, melakukan terror di dalam atau sekitar masjid sampai orang takut sholat di masjid, ataukah mengancam dan memerangi orang yang mau mendatanginya dan lain sebagainya!!
Perhatikanlah si pembom itu!! Bukankah ia telah menghalangi orang untuk masuk ke masjid, tempat kejadian peristiwa dengan ulahnya yang keji tersebut? Tidakkah ia telah berusaha merobohkan rumah Allah. Semoga Allah memberikannya balasan yang setimpal!!!
Perbuatan yang mereka lakukan bukanlah jihad fi sabilillah, sebab jihad –salah satu syaratnya- haruslah dipimpin oleh seorang pemerintah muslim. Ath-Thohawiy berkata saat menyebutkan aqidah Ahlus Sunnah,“Haji, dan jihad akan terus berjalan bersama pemerintah dari kalangan kaum muslimin, yang baik maupun yang fajir sampai tegaknya hari kiamat, tak akan dibatalkan dan digugurkan oleh sesuatu apapun”. [Lihat Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (hal. 50)]
Nah, bagaimana si teroris atau pembom ini dipimpin oleh pemerintah, sedangkan ia memusuhi pemerintah muslim dan berusaha membunuhnya. Kematian si pembom itu bukanlah mati syahid, bahkan ia adalah bunuh diri yang dikecam oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sebuah sabdanya,
مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
“Barangsiapa yang menjatuhkan diri dari gunung sehingga dirinya terbunuh, maka ia akan berada dalam neraka Jahannam, sedangkan ia akan jatuh ke Jahannam dalam keadaan ia dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa yang menenggak racun, lalu ia pun membunuh dirinya, maka racunnya akan terus berada di tangannya, sambil ia menenggaknya nanti di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan alat besi (seperti, pisau dan lainnya), maka alat besi itu akan berada di tangannya, sedang ia akan menikam perutnya dengan alat besi itu dalam keadaan ia akan kekal lagi dikekalkan selama-lamanya”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab At-Tibb, bab: Syurb As-Summ wa Ad-Dawaa’ bih (no.) dan Muslim dalam Kitab Al-Iman, bab: Ghilazh Tahrim Qotlil Insaan Nafsah(no. )]
Seorang mufti Mesir, Syaikh Hasan Ma’mun Al-Mishriy berkata, “Sesungguhnya bunuh diri secara sengaja termasuk dosa besar yang paling besar dan paling berat hukumannya serta ia adalah pelanggaran atas diri seperti halnya bila ia melakukan pelanggaran atas orang lain dalam hal dosa dan hukuman. Sebab nyawa seseorang bukanlah miliknya, ia hanyalah milik Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Sungguh telah tertera dalam Kitabullah ayat-ayat yang dalam beberapa tempat yang berbeda, yang mengharamkan bunuh diri dan mengharuskan adanya hukuman terberat bagi pelakunya”. [Lihat Fataawa Al-Azhar (7/183)- Syamilah]
Para pembaca yang budiman, apa yang dilakukan para teroris berupa adanya usaha perobohan masjid dan pembunuhan aparat merupakan perkara yang amat jauh dari tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah. Akibatnya bukan malah menjunjung Al-Qur’an dan Sunnah, bukan malah memperjuangkan syariat, bahkan malah mereka telah merusak syariat dan mencemarinya dengan ulah mereka yang beringas!! Akal apakah yang mereka gunakan sampai mereka menganggap bahwa merobohkan masjid kaum muslimin, menghalangi orang sholat dan bunuh diri adalah jihad?! Para teroris ini menganggap perbuatan mereka adalah perbaikan yang membawa kemaslahatan. Ini adalah sangkaan batil, sebab bagaimana mungkin suatu perusakan dikatakan perbaikan!! Cukuplah kerusakan dari tindak jahat mereka tersebut, jauhnya manusia dari Islam, dan banyaknya persangkaan buruk kepada Islam beserta pemeluknya. Mereka inilah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ (204) وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ (205) وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ (206) [البقرة/204-206]
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya dalam kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. Padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan membinasakan tanaman-tanaman dan binatang ternak. Sedang Allah tidak menyukai kerusakan. Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, maka bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah baginya neraka jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”.(Al-Baqoroh : 204-206)
Al-Imam Abdur Rahman Ibn Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata, “Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa ucapan-ucapan yang muncul dari orang-orang, bukanlah dalil tentang kejujuran atau kedustaan, kebajikan atau kefajiran sampai ada perbuatan yang membenarkan ucapannya atau membersihkannya. Seyogyanya menguji kondisi orang-orang yang memberi kesaksian, para pejuang kebenaran, dan para pejuang kebatilan dari kalangan manusia dengan meneliti perbuatan-perbuatan mereka, memperhatikan korelasi-korelasi dari kondisi mereka, serta jangan tertipu dengan kecohan mereka, dan penyucian mereka terhadap diri mereka sendiri”.[Lihat Taisir Al-Karim (hal. 94)]
Terakhir, kami memohon kepada Allah agar Dia senantiasa menunjuki kita semua menuju jalan-jalan kebaikan dan dihindarkan dari segala macam keburukan dan jalan-jalannya, amiin.

Penulis : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullah-





[1] Baru-baru ini terjadi lagi di Pusat Perbelanjaan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat yang didalangi oleh ISIS. [editor]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya yang sopan