Jasa dan Kebaikan Saudi Yang Terluput dari Media,
sehingga Saudi Banyak Dicela
oleh
: Ust. Sofyan Chalid Ruray
Tulisan di bawah ini adalah
petikan dr karya tulis Ust. Sofyan Chalid Ruray -hafizhohulloh- saat beliau
membantah buku "Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi."
Di dalam buku ini, beliau
menelanjangi berbagai kedustaan dan kerancuan buku itu. Siapa yang ingin
mengetahui gambaran makar para musuh dakwah tauhid dan sunnah, silakan baca
buku bantahannya yang berjudul "Salafi antara Tuduhan dan Kenyataan,"
karya Ust. Sofyan Chalid Ruray -hafizhahullah-.
Para pembaca yang terhormat, kali
ini kami akan turunkan petikan indah dr buku Ust. Sofyan Chalid Ruray -hafizhahullah-
tersebut. Petikan-petikan itu amat penting kita angkat, karena banyaknya isu
buruk yang dihembuskan oleh para pembenci dakwah tauhid dan sunnah yang selama
ini kita bina di negeri ini, dengan mengangkat "isu Wahabi". Dengan
serta-merta Saudi juga kena imbasnya, karena dakwah kita dan dakwah mereka
adalah satu; semuanya berjalan di atas Al-Kitab dan Sunnah yang menyeru kepada
Tauhid dan Sunnah serta memberantas syirik, kekafiran, bid'ah dan maksiat.
Kebaikan Pemerintah & Ulama Saudi Untuk Kaum Muslimin
Dunia [1]
Sebetulnya di dalam buku "Sejarah
Berdarah"[1]
ini juga sudah terdapat kontradiksi. Di satu sisi saudara Idahram berusaha
mencitrakan pemerintah Saudi
Arabia sebagai pemerintah yang sadis dan ganas layaknya Nazi Jerman yang
dipimpin Hitler, bahkan lebih kejam dari Hitler.
Namun di sisi lain, dia
mengakui fakta-fakta akanpemuliaan dan penghormatan
Kerajaan Saudi Arabia
terhadap kaum muslimin.
Buktinya, sambutan yang
baik dari pemerintah Saudi terhadap tokoh-tokoh
Nahdhatul Ulama (NU) yang sengaja datang untuk mengkritik pemerintah Saudi. Tidak sedikit pun ada usaha dari
pemerintah Saudi untuk mencelakakan apalagi membunuh para delegasi yang
jelas-jelas aqidah dan amaliah mereka berbeda dengan apa yang diyakini dan
diamalkan oleh pemerintah Saudi, malah kritikan mereka dalam masalah amaliah
mazhab diterima dengan baik oleh pemerintah Saudi. Dengan jujur[2] saudara
Idahram berkata,
“Utusan para ulama
pesantren, alhamdulillah, berhasil dan diterima dengan baik oleh penguasa
Saudi. Raja
Saudi menjamin kebebasan amaliah dalam mazhab empat di Tanah Haram dan tidak
ada penggusuran makam Nabi Muhammad Saw. (shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen).”
(Sejarah Berdarah…, hal. 138)
Kebaikan pemerintah Saudi terhadap kaum muslimin dunia sudah
tidak terhitung jumlahnya, termasuk Indonesia .
Ratusan masjid dibangun oleh pemerintah maupun yayasan sosial
yang mengumpulkan dana dari masyarakat Saudi serta santunan fakir miskin dan
pembuatan sumur-sumur sebenarnya sudah sangat banyak. Hanya saja jarang
diekspos oleh media.
Pemerintah Saudi juga
membuka cabang universitas Muhammad bin Su’ud di Jakarta
untuk kaum muslimin Indonesia . Sampai saat ini, saya tidak tahu ada
sekolah di Indonesia yang
dibangun oleh pemerintah mana pun di dunia ini dengan menyewa dua buah gedung
besar dan mewah untuk kaum muslimin di Indonesia secara gratis. Bukan hanya itu, para mahasiswa juga
digaji, buku-buku diberikan secara gratis, asrama juga gratis. Para
santri dan pengajar pesantren-pesantren NU juga banyak yang sekolah di sini,
menikmati fasilitas yang diberikan pemerintah Saudi.
Cabang universitas Muhammad
bin Su’ud ini juga terdapat di negeri-negeri lain. Di dalam negeri Saudi sendiri,
saat ini ada ribuan pelajar muslim dari seluruh dunia, termasuk anak-anak
bangsa Indonesia , bahkan tidak sedikit
santri-santri NU. Mereka
belajar secara gratis plus digaji oleh pemerintah Saudi.
Ketika terjadi Tsunami
Aceh dan Sumatera Utara, negara Barat gembar-gembor di media massa mengumumkan sumbangan-sumbangan mereka,
padahal nilainya juga tidak terlalu besar, itu pun ternyata sebagian besarnya
berupa pinjaman. Diam-diam
pemerintah Saudi hampir tidak terekspos oleh media (entah sengaja atau tidak?!),
telah mengirim pesawat-pesawatnya ke Aceh yang mengangkut berbagai macam
bantuan. Beberapa
media ketika itu menginfokan,[3]
“Rakyat dan pemerintah
Arab Saudi menyumbang US$530 juta (sekitar Rp. 4,8 triliun)untuk
korban gempa dan gelombang tsunami di Aceh dan Sumatra Utara. Semua sumbangan itu
berbentuk hibah. Dari
total hibah itu, sebesar US$280 juta berupa uang tunai yang terdiri dari
sumbangan masyarakat sebesar US$30 juta. Sementara US$250 juta sisanya
berbentuk makanan, obat-obatan, selimut, dan alat-alat kedokteran.”
“Semua sumbangan itu
merupakan hibah (pemberian), bukan
utang yang harus dibayar.Sumbangan berupa hibah ini
tentu saja lebih baik daripada sumbangan yang berupa utang. Karena utang ini di kemudian hari akan
menjadi beban masyarakat Indonesia .
Meskipun utang itu bersifat pinjaman lunak (soft loan), rakyat Indonesia tetap
harus membayarnya,” ungkap salah seorang tokoh.”
Adakah bantuan Saudi
untuk Palestina?
Benarkah tuduhan dusta
lagi keji yang dihembuskan
saudara Idahram bahwa Saudi bekerjasama dengan Inggris hingga
Palestina berhasil dicaplok Yahudi?
Jawabannya, kenyataan yang ada sangat bertolak
belakang dengan tuduhan dusta tersebut. Ketika hizbiyyun masih sibuk
berdemo untuk Palestina dan mengkritik fatwa ulama Saudi akan haramnya demo,
pemerintah Saudi dan masyarakatnya telah mengumpulkan dana dalam jumlah yang
sangat besar untuk Palestina. Media
menginfokan,
“Raja Arab Saudi pada
Senin mengumumkan sumbangan senilai satu miliar dolar AS bagi pembangunan
kembali Gaza
yang digempur secara ofensif oleh Yahudi selama beberapa pekan. ‘Atas nama rakyat Saudi, saya umumkan sumbangan sebesar 1 miliar
dollar bagi program pembangunan kembali Gaza ,’
kata Raja Saudi pada pembukaan konferensi tingkat tinggi Arab di Kuwait.”
Ketika Amerika Serikat menekan Saudi untuk memboikot
pemerintahan Palestina dengan tidak memberi bantuan, media memberitakan,
“Arab Saudi menegaskan
bahwa mereka akan tetap melanjutkan pemberian bantuan dana yang jumlahnya
sekitar 15 juta dollar AS tiap bulannya untuk pemerintah Palestina.”
Media lain menginfokan sumbangan seorang pengusaha,
“Seorang pengusaha
Saudi yang menolak untuk disebutkan identitasnya ini- pada hari Senin,
sumbangkan 25 juta Riyal untuk membantu rakyat Gaza.”
KEBAIKAN ULAMA SAUDI
UNTUK KAUM MUSLIMIN DUNIA
Bukan hanya pemerintahnya
yang berusaha membantu Palestina, para ulama di Saudi pun mengeluarkan fatwa
sebagai dorongan kepada masyarakat dan kaum muslimin di seluruh dunia untuk
ikut membantu. Inilah
fatwa ulama yang dituduh secara dusta dan keji oleh saudara Idahram, bahwa
mereka telah bersekongkol dengan Yahudi untuk merebut Palestina.
Fatwa Lembaga Resmi Untuk Fatwa Kerajaan Saudi Arabia Al-Lajnah
Ad-Daimah Lil Buhuts Al-‘Ilmiyyah wal Ifta’ tentang Masalah Palestina
“Segala puji hanyalah milik Allah Rabb semesta alam. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi dan rasul yang paling mulia,
nabi kita Muhammad dan kepada keluarga beliau beserta para shahabatnya dan
ummatnya yang setia mengikutinya sampai akhir zaman. Wa ba’da;
Sesungguhnya Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyah wal Ifta’
(Dewan Tetap Untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa) di Kerajaan Saudi Arabia
mengikuti (perkembangan yang terjadi) dengan penuh kegalauan dan kesedihan akan
apa yang telah terjadi dan sedang terjadi yang menimpa saudara-saudara kita
muslimin Palestina dan lebih khusus lagi di Jalur Gaza, dari angkara murka dan
terbunuhnya anak-anak, kaum wanita dan orang-orang yang sudah renta, dan
pelanggaran-pelanggaran terhadap kehormatan, rumah-rumah serta bangunan-bangunan
yang dihancurkan dan pengusiran penduduk. Tidak diragukan lagi ini adalah
kejahatan dan kedzaliman terhadap penduduk Palestina.
Dan dalam menghadapi peristiwa yang menyakitkan ini wajib atas
umat Islam berdiri satu barisan bersama saudara-saudara mereka di Palestina dan
bahu membahu dengan mereka, ikut membela dan membantu mereka serta
bersungguh-sungguh dalam menepis kedzaliman yang menimpa mereka dengan sebab
dan sarana apa pun yang mungkin dilakukan sebagai wujud dari persaudaraan
seagama dan seikatan iman.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara”. (QS. Al
Hujurat: 10)
dan Allah Subhanahu Wa
Ta’ala juga berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan
sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain”. (QS. At-Taubah: 71)
dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa sallam bersabda, “Seorang
mukmin bagi mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang saling
menopang, lalu beliau menautkan antar jari-jemari (kedua tangannya)”.
(Muttafaqun ‘Alaihi)
dan beliau Shallallahu ‘Alaihi
Wa sallam juga bersabda,
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan
kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu
anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan sakit dan tidak bisa
tidur”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
dan beliau Shallallahu ‘Alaihi
Wa sallam juga bersabda, “Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak mendzalimi saudaranya,
tidak menipunya, tidak memperdayanya dan tidak meremehkannya”. (HR. Al-Imam
Muslim)
Dan pembelaan bentuknya umum mencakup banyak aspek sesuai
kemampuan sambil tetap memperhatikan keadaan, apakah dalam bentuk benda atau
suatu yang abstrak dan apakah dari awam muslimin berupa harta, makanan,
obat-obatan, pakaian, dan yang lain sebagainya.
Atau dari pihak pemerintah
Arab dan negeri-negeri Islam dengan mempermudah sampainya bantuan-bantuan
kepada mereka dan mengambil posisi dibelakang mereka dan membela
kepentingan-kepentingan mereka di pertemuan-pertemuan, acara-acara, dan
musyawarah-musyawarah antar negara dan dalam negeri. Semua itu termasuk ke
dalam bekerjasama di atas kebajikan dan ketakwaan yang diperintahkan di dalam
firman-Nya:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ
“Dan bekerjasamalah kalian di atas kebajikan dan ketakwaan”.
(QS. Al Ma’idah: 2)
Dan termasuk dalam hal ini juga, menyampaikan nasihat kepada
mereka dan menunjuki mereka kepada setiap kebaikan bagi mereka. Dan diantaranya
yang paling besar, mendoakan mereka pada setiap waktu agar cobaan ini diangkat
dari mereka dan agar bencana ini disingkap dari mereka dan mendoakan mereka
agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memulihkan keadaan mereka dan membimbing amalan
dan ucapan mereka.
Dan sesungguhnya kami mewasiatkan kepada saudara-saudara kami
kaum muslimin di Palestina untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
bertaubat kepada-Nya, sebagaimana kami mewasiatkan mereka agar bersatu di atas
kebenaran dan meninggalkan perpecahan dan pertikaian, serta menutup celah bagi
pihak musuh yang memanfaatkan kesempatan dan akan terus memanfaatkan (kondisi
ini) dengan melakukan tindak kesewenang-wenangan dan pelecehan.
Dan kami menganjurkan kepada semua saudara-saudara kami untuk
menempuh sebab-sebab agar terangkatnya kesewenang-wenangan terhadap negeri
mereka sambil tetap menjaga keikhlasan dalam berbuat karena Allah Ta’ala dan
mencari keridha’an-Nya dan mengambil bantuan dengan kesabaran dan shalat dan
musyawarah dengan para ulama dan orang-orang yang berakal dan bijak disetiap
urusan mereka, karena itu semua potensial kepada taufik dan benarnya langkah.
Sebagaimana kami juga mengajak kepada orang-orang yang berakal
di setiap negeri dan masyarakat dunia seluruhnya untuk melihat kepada bencana
ini dengan kacamata orang yang berakal dan sikap yang adil untuk memberikan
kepada masyarakat Palestina hak-hak mereka dan mengangkat kedzaliman dari
mereka agar mereka hidup dengan kehidupan yang mulia. Sekaligus kami juga
berterima kasih kepada setiap pihak yang berlomba-lomba dalam membela dan
membantu mereka dari negara-negara dan individu.
Kami mohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang husna dan
sifat-sifat-Nya yang tinggi untuk menyingkap kesedihan dari ummat ini dan
memuliakan agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya dan memenangkan para wali-Nya
dan menghinakan musuh-musuh-Nya dan menjadikan tipu daya mereka boomerang bagi
mereka dan menjaga ummat Islam dari kejahata-kejahatan mereka, sesungguhnya
Dialah Penolong kita dalam hal ini dan Dzat Yang Maha Berkuasa. Dan shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan kepada
keluarga serta shahabatnya dan ummatnya yang mengikuti beliau dengan baik
sampai hari kiamat.
diterjemahkan dari http://www.sahab.net/home/index.php?threads_id=152
Bantuan kepada kaum muslimin di berbagai penjuru dunia oleh
ulama Saudi bukan sekedar fatwa belaka, namun benar-benar diamalkan oleh para
ulama tersebut. Diantaranya dalam kisah-kisah berikut.
Keteladanan Mufti Saudi Arabia
dan Ketua Umum Rabithah Al-‘Alam Al-Islami di Masanya, Asy-Syaikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz rahimahullah
Ali bin Abdullah Ad-Darbi menceritakan:
“Ada satu kisah yang sangat berkesan bagiku, pernah suatu saat
berangkatlah empat orang dari salah satu lembaga sosial di Kerajaan Saudi
Arabia ke pedalaman Afrika untuk mengantarkan bantuan dari pemerintah negeri
yang penuh kebaikan ini, Kerajaan Saudi Arabia.
Setelah berjalan
kaki selama empat jam dan merasa capek, mereka melewati seorang wanita tua yang
tinggal di sebuah kemah dan mengucapkan salam kepadanya, lalu memberinya
sebagian bantuan yang mereka bawa.
Maka berkatalah sang wanita tua, ‘Dari mana asal kalian?’
Mereka menjawab, ‘Kami dari Kerajaan Saudi Arabia ’.
Wanita tua itu lalu
berkata, ‘Sampaikan salamku kepada Syaikh
Bin Baz’.
Mereka berkata, ‘Semoga
Allah merahmatimu, bagaimana Syaikh Bin Baz tahu tentang Anda di tempat
terpencil seperti ini?’
Wanita tua menjawab, ‘Demi Allah, Syaikh Bin
Baz mengirimkan untukku 1000 Riyal setiap bulan, setelah aku mengirimkan
kepadanya surat permohonan bantuan, setelah aku memohon kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala’.”
dari Koran Al-Madinah, no. 13182
Salah seorang murid Syaikh bin Baz rahimahullah pernah bercerita,
“Pada suatu malam, ketika
Syaikh bin Baz rahimahullah sedang shalat tahajjud, tiba-tiba terdengar suara
orang yang melompat ke rumahnya, maka Syaikh pun membangunkan anak-anaknya
untuk melihat apa yang terjadi, dan beliau tetap melanjutkan shalatnya. Setelah beliau shalat,
barulah anak-anaknya mengabari bahwa telah ditangkap seorang pencuri, dia
adalah seorang pekerja dari Pakistan .
Lalu Syaikh minta pencuri itu dihadirkan ke hadapannya.
Pertama sekali yang beliau
lakukan adalah membangunkan
tukang masak dan memasakkan makanan untuknya, setelah si pencuri makan sampai
kenyang, beliau memanggilnya dan berkata,
‘Kenapa engkau melakukan ini?’
Pencuri menjawab,
‘Ibuku di Pakistan saat
ini sedang dirawat di rumah sakit dan membutuhkan biaya 10.000 Riyal, sedang
saya hanya memiliki 5.000 Riyal, maka saya hanya mau mencuri 5.000 Riyal.’
Maka Syaikh menghubungi
salah seorang muridnya yang berasal dari Pakistan untuk mencari kebenaran
akan perkataan si pencuri. Pada hari berikutnya, Syaikh telah mendapatkan kebenaran
atas pengakuan si pencuri. Beliau pun memberikan kepadanya bantuan sebesar
5.000 Riyal dan menambah lagi 5.000 Riyal dengan anggapan, kemungkinan dia
membutuhkannya, maka total bantuan Syaikh kepadanya sebesar 10.000 Riyal. Singkat cerita, pencuri
ini kemudian menjadi murid Syaikh dan selalu menyertai beliau sampai wafatnya.”
Disarikan dari ceramah, “Maqaathi’ Muatstsiroh; Ibnu Baz
rahimahullah Ma’a As-Sariq.”
Abdullah bin Muhammad Al-Mu’taz menceritakan: Asy-Syaikh
Muhammad Hamid, Ketua Paguyuban Ashabul Yaman di negeri Eretria berkisah,
“Saya datang ke Riyadh
di malam hari yang dingin dalam keadaan tidak punya uang untuk menyewa hotel.
Saya kemudian berpikir untuk datang ke rumah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi. Awalnya saya ragu, namun akhirnya
saya putuskan untuk pergi ke rumah beliau. Saya tiba di rumah beliau yang
sederhana dan bertemu dengan seorang yang tidur di pintu pagar. Setelah
terbangun, ia membukakan pintu untukku. Saya memberi salam padanya dengan pelan
sekali supaya tidak ada orang lain yang mendengarnya karena hari begitu larut.
Beberapa saat kemudian aku melihat Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz
berjalan menuruni tangga sambil membawa semangkuk makanan. Beliau mengucapkan
salam dan memberikan makanan itu kepada saya. Beliau berkata, ‘Saya mendengar
suara anda kemudian saya ambil makanan ini karena saya berpikir anda belum
makan malam ini.
“Demi Allah, saya tidak
bisa tidur malam itu, menangis karena telah mendapat perlakuan yang demikian
baik.”
Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlus Sunnah, hal. 27-28.
Subhanallah, inilah
akhlak para ulama yang sangat dibenci oleh para pelaku syirik dan bid’ah.
Inilah pemerintah yang dituduh ganas dan sadis oleh mereka yang membenci dakwah
tauhid dan sunnah.
Masih banyak lagi kebaikan
pemerintah Saudi dan ulamanya untuk kaum muslimin dunia yang tidak mungkin kami
ceritakan semuanya di sini.
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)
YANG PERLU DICERMATI
Pembaca yang budiman, yang perlu dicermati dari buku Sejarah
Berdarah ini, mengapa pada bagian awal buku dimulai dengan menjelek-jelekkan
Salafi, tidak peduli walau harus berdusta?! Jawabannya ada di akhir buku
tersebut, yaitu agar kaum muslimin berpaling dari manhaj (metode beragama) Salaf,
yaitu memahami agama yang mulia ini berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
sesuai dengan pemahaman Salaf.
Pada akhir bukunya, saudara
Idahram membuat satu bab khusus untuk menolak manhaj Salaf dengan judul “Kerancuan Konsep &
Manhaj Salafi Wahabi” yang
insya Allah Ta’ala akan kami jawab dengan dalil Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’
sahabat, penjelasan ulama dari empat mazhab dan ulama lainnya.
Jadi masalahnya, ada pada fanatisme terhadap kebid’ahan yang
sangat bertentangan dengan jalan Salaf, jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan sahabat beliau. Penulisnya tidak rela kalau umat Islam meninggalkan
bid’ah dan mengikuti manhaj Salaf. Maka dijadikanlah Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab rahimahullah sebagai kambing hitamnya, sebab tidak mungkin dia berani
memcaci maki Salaf atau memperbanyak dusta atas nama Salaf dan memfitnah
mereka.
Oleh karena itu sebelum jauh kita melangkah, perlu kami
tegaskan, Salafi adalah pengikut Salaf, yaitu Rasulullah Muhammad bin Abdullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat beliau. Bukan pengikut Syaikhul Islam
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Hanyalah kita mengikuti Syaikh ketika
beliau mengikuti manhaj Salaf. Jika beliau tersalah dalam satu masalah dan
bertentangan dengan manhaj Salaf, maka kita tidak mengikuti pendapat beliau.
Sehingga, “fakta-fakta” sejarah yang berisi fitnah dan dusta
itu, andaikan benar sekalipun, tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap
Salafi dan kewajiban mengikuti manhaj Salaf. Artinya, andaikan tuduhan-tuduhan
keji yang dialamatkan kepada Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah itu benar adanya, sama sekali tidak bisa dijadikan alasan untuk
menjelek-jelekkan Salafi, sebab Salafi telah ada jauh sebelum berdirinya
Kerajaan Saudi Arabia dan Salafi tidak hanya di Saudi saja.
Kalau kemudian ada yang mengaku-ngaku Salafi lalu ternyata dia
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan manhaj Salaf itu sendiri, tentunya
tidak bisa kita menyalahkan manhaj yang mulia ini, sebagaimana kita tidak bisa
menyalahkan semua Salafi di dunia ini.
Tetapi alhamdulilllah, tuduhan-tuduhan kepada Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab rahimahullah hanyalah kedustaan dan kesalahpahaman belaka,
maka patut kalau kami membela seorang ulama yang terzalimi, meskipun tujuan
utama kami dalam buku ini bukanlah sekedar membela beliau melainkan untuk
meluruskan pemahaman yang menyimpang dari manhaj Salaf dan mengajak umat Islam
secara umum, khususnya penulis buku Sejarah Berdarah dan kelompoknya untuk
kembali kepada kebenaran, yaitu kepada manhaj Salaf yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala perintahkan untuk diikuti.
Footnote:
[1] Kita tidak menutup
mata, layaknya manusia biasa, pemerintah dan ulama Saudi tentunya memiliki
kesalahan dan kekhilafan. Akan tetapi, orang yang berbudi tentu tidak mudah
melupakan kebaikan saudaranya, sedangkan orang yang tidak berbudi, alias tidak
tahu balas budi, sulit bagi mereka mengingat kebaikan orang lain, prasangka
buruk mereka telah menutupi semua kebaikan yang ada pada saudaranya, seperti
kata penyair,
وعين الرضا عن كل عيب كليلة
كما أن عين السخط تبدي المساويا
وعين الرضا عن كل عيب كليلة
كما أن عين السخط تبدي المساويا
“Pandangan simpati menutupi segala cela,
Pandangan benci menampakkan segala cacat.”
[2] Kali ini dia jujur, walau sebenarnya dia banyak berdusta,
sebagaimana yang telah kita buktikan sebelumnya dan akan datang bukti-bukti kedustaannya
yang lain, hadaahullah.
[3] Sengaja kami tidak menyebutkan nama-nama medianya di sini
karena alasan syar’i, yaitu adanya pelanggaran-pelanggaran syari’at yang ada
dalam media-media tersebut, sehingga kami khawatir ikut ta’awun mengiklankan
keberadaan media tersebut. Alasan lain, dalam masalah ini penyebutan nama media
tersebut bukan suatu hal yang darurat, terlebih berita-berita ini sangat mudah
disearch di internet.
Ditulis oleh Al-Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray
hafizhahullah dalam buku “Salafi, Antara Tuduhan dan Kenyataan” penerbit
TooBagus cet. kedua. Bantahan terhadap buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi
Wahabi” karya Syaikh Idahram hadahullah.
[1] Karya
seorang Penyusup dan Perusak yang bernama Idahram. Konon kabarnya, orang ini termasuk
dai Syi'ah yang amat benci kepada dakwah salaf.
Nama aslinya adalah Marhadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya yang sopan