Selasa, 11 Agustus 2015

Tiga Perkara yang akan Mengikuti Mayat

[Serial Syarah Hadits (01)]

oleh : Ustadz Abul Asybal Al-Atsariy, Lc.
(Alumni Islamic University of Madinah, KSA)

Kematian adalah sebuah kepastian, tiada keraguan padanya sedikit pun. Kematian adalah sebuah realita besar yang senantiasa mencampakkan punggung orang-orang sombong lagi sewenang. Kematian menghancurkan jasad para pembesar. Siapakah yang mengklaim bahwa mampu menghalangi kematian dari dirinya. Siapakah yang mampu menangguhkan kematian dan ajalnya?! Lalu mengapa engkau –wahai manusia- menyombongkan diri. Padahal dirimu kelak akan dimakan ulat?! Mengapa engkau melampau batas dan berbuat aniaya. Padahal engkau kelak akan dicampakkan dalam tanah?! [Lihat Syarh Hadits Yatba' Al-Mayyit Tsalats (hlm. 1)]

Seorang manusia tidak sepantasnya berbangga dengan kemewahan dunia dan ketinggian derajat serta banyaknya keturunan. Semua itu tak akan bermanfaat bila seorang hamba tidak memanfaatkan dalam beramal sholih.

"Keluarga dan kerabat" yang menyertai kita tidak akan berguna bagi anda, bila mereka tidak dapat menjadi sebab anda mendapatkan pahala amal sholih di sisi Allah -Tabaroka wa Ta'ala-.

Demikian pula halnya "harta" yang kita kumpulkan dan usahakan, sama sekali tidak akan membahagiakan kita di hari akhir, kecuali harta yang kita gunakan dalam berinfaq kepada anak-istri, kerabat, handai taulan,
dan fakir-miskin.

Adapun sesuatu dari semua itu bila menjadi sebab kita menjadi sombong, zholim, bermaksiat, dan semakin jauh dari Allah dan surga, maka ia akan menjadi penyesalan.

Rasululullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda,
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
"Mayat akan diiringi oleh tiga perkara. Tiga (diantaranya) akan kembali, dan tiggallah bersamanya satu hal. Dia akan diiringi oleh keluarga, harta dan amalannya. Kemudian keluarga dan harta bendanya akan kembali dan tinggallah (bersama mayat) amalannya". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (6514) dan Muslim dalam Shohih-nya (no. 2960)]

Silakan anda lihat!! Si mayit tidak diiringi menuju pekuburan, melainkan diiringi oleh keluarga, harta dan amal sholihnya. Demikian dominan yang ada pada manusia. Bahkan disana ada diantara manusia yang tidak diiringi oleh salah satu diantaranya. Ada sebagian orang tidak diiringi oleh keluarganya yang akan mendoakannya. Ada juga yang tidak memiliki harta, hanya diiringi oleh beberapa gelintir keluarganya. Jenis lain dari kalangan manusia, ada yang hanya diiringi oleh amal sholihnya. Namun yang paling celaka, jika seorang hamba berpulang ke hadirat Allah Robbul alamin, tanpa sesuatu apapun; tidak memiliki keluarga yang mendoakan, tidak memiliki harta yang mengafani dirinya dan tidak pula memiliki amal sholih, karena keduarhakaan atau kesyirikan dan kekafirannya kepada Allah. [Lihat 'Umdah Al-Qori (33/307) oleh Badruddin Al-'Ainiy Al-Hanafiy]

Lantaran itu, hendaknya seorang hamba menjauhkan diri dari segala macam kedurhakaan dan maksiat, apalagi dosa terbesar, yaitu kesyirikan (menduakan Allah dalam ibadah). Dosa syirik ini akan menghacurkan semua amal sholih seseorang dan menyebabkan pelakunya akan dikekalkan dalam neraka!! [Lihat Al-Qoul Al-Mufid (1/122) oleh Ibn Utsaimin]

Ingatlah bahwa perginya para pengantar meninggalkan pekarangan dan halaman pekuburan, maka datanglah dua malaikat : Munkar dan Nakir yang akan menanyai manusia[1], lalu tinggallah -bersama mayat- amalan sholihnya yang akan menghiburnya dalam penantian yang panjang; menanti datangnya hari pembalasan. Amal sholihnya akan masuk bersamanya dalam kubur. [Lihat Fathul Bari (11/365), karya Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqolaniy]

Kelak di alam kuburnya, sebelum ia berdiri panjang di Padang Mahsyar, ia akan memetik pahala atas amal sholihnya yang dahulu ia bersusah payah dan bersabar dalam mengerjakannya. [Lihat Syarh Sunan Abi Dawud (1/2) oleh Guru kami, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr][2]

Amal sholih inilah yang senantiasa mengirinya dan tak akan pergi darinya. Adapun harta benda dan keluarga serta handai taulannya, maka tidak akan menyertainya ke dalam kuburnya. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadzi (7/42-43) oleh Muhammad Abdur Rohman Al-Mubarokfuriy, dan Dalil Al-Falihin (1/398) oleh Ibnu Allan Ash-Shiddiqiy]

Jika anda telah menyadari bahwa harta dan keluarga atau sahabat tidak akan bermanfaat bagi anda bila anda berada di alam kubur, maka itulah dunia yang hanya menjadi perhiasan dan kebanggan kita saat hidup. Semua itu tidak akan berguna, kecuali dimanfaatkan untuk beramal sholih.
Ulama Jazirah Arab, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-'Utsaimin -rahimahullah- berkata,
وفي هذا الحديث دليل على أن الدنيا كل زينة الحياة الدنيا ترجع ولا تبقى معك في قبرك، المال والبنون زينة الحياة الدنيا ترجع، من الذي يبقى ؟ فقط العمل.
فعليك يا أخي أن تحرص على الصاحب الذي يبقى ولا ينصرف مع من ينصرف، وعليك أن تجتهد حتى يكون عملك عملاً صالحاً يؤنسك في قبرك إذا انفردت به عن الأحباب والأهل والأولاد .
"Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwa dunia seluruhnya adalah perhiasan kehidupan dunia yang akan kembali dan tidak akan kekal bersamamu dalam kuburmu. Harta benda dan keturunan adalah perhiasan (dalam) kehidupan dunia yang akan kembali (dari kuburmu). Nah, apa yang tersisa (tinggal bersama mayit)? Cuma amalannya!! Maka hendaknya engkau –wahai saudaraku- memperhatikan teman (yakni, amal sholih) yang akan tingga kekal (bersamamu dalam kubur) dan tidak akan pulang bersama orang-orang yang pulang. Hendaknya engkau bersungguh-sungguh, sehingga amalanmu merupakan amalan sholih yang akan menyenangkanmu di dalam kuburmu, bila engkau telah bersendirian bersama amal sholihmu, (jauh) dari orang-orang yg engkau cintai, keluarga dan anak-anak." [Lihat Syarh Riyadh Ash-Sholihin (1/123) oleh Ibn 'Utsaimin]

Di dunia jangan anda lalai dr memperbaiki amal dan perbuatanmu. Jadikanlah semua perbuatanmu bernilai ibadah dengan dua syarat yang menyertainya : ikhlashul amal (memurnikan amalan dr segala penyakit hati, berupa riya', sum'ah dan ujub) dengan mengharapkan wajah Allah, dan yang kedua ittiba'us sunnah (mengikuti sunnah dan petunjuk Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-).
Syaikh Faishol bin Abdil Aziz Alu Mubarok -rahimahullah- berkata,
 ((في هذا الحديث : الحث على تحسين العمل ليكون أنيسه في قبره )) اهـ
"Di dalam hadits ini, ada anjuran untuk memperbaiki amalan agar menjadi teman pendamping di alam kubur". [Lihat Tathriz Ar-Riyadh (1/95)][3]




[1] Sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadits.
[2] Syarah beliau ini masih dalam bentuk rekaman kaset. Namun belakangan sebagian tholabatul 'ilmi (para penuntut ilmu) telah melakukan transkrip terhadap semua syarah beliau tersebut, lalu mereka masukkan dalam aplikasi "Al-Maktabah Asy-Syamilah." Darinyalah kami nukil. Semoga suatu saat nanti ada yang men-tahqiq-nya dan mencetaknya, sehingga faedahnya tersebar luar. Jazallahu khoiron kulla man qooma bi tafriigih wa nasyrih.
[3] Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Ibnu Allan Ash-Shiddiqiy -rahimahullah- dalam Dalil Al-Falihin (1/398)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong komentarnya yang sopan