[Serial Syarah Hadits (01)]
oleh : Ustadz Abul Asybal Al-Atsariy, Lc.
(Alumni Islamic University of Madinah, KSA)
(Alumni Islamic University of Madinah, KSA)
Kematian adalah sebuah kepastian, tiada keraguan padanya
sedikit pun. Kematian adalah sebuah realita besar yang senantiasa mencampakkan
punggung orang-orang sombong lagi sewenang. Kematian menghancurkan jasad para
pembesar. Siapakah yang mengklaim bahwa mampu menghalangi kematian dari
dirinya. Siapakah yang mampu menangguhkan kematian dan ajalnya?! Lalu mengapa
engkau –wahai manusia- menyombongkan diri. Padahal dirimu kelak akan dimakan ulat?!
Mengapa engkau melampau batas dan berbuat aniaya. Padahal engkau kelak akan
dicampakkan dalam tanah?! [Lihat Syarh Hadits Yatba' Al-Mayyit Tsalats (hlm.
1)]
Seorang manusia tidak sepantasnya berbangga dengan
kemewahan dunia dan ketinggian derajat serta banyaknya keturunan. Semua itu tak
akan bermanfaat bila seorang hamba tidak memanfaatkan dalam beramal sholih.
"Keluarga dan kerabat" yang menyertai kita
tidak akan berguna bagi anda, bila mereka tidak dapat menjadi sebab anda
mendapatkan pahala amal sholih di sisi Allah -Tabaroka wa Ta'ala-.
Demikian pula halnya "harta" yang kita
kumpulkan dan usahakan, sama sekali tidak akan membahagiakan kita di hari
akhir, kecuali harta yang kita gunakan dalam berinfaq kepada anak-istri,
kerabat, handai taulan,
dan fakir-miskin.
dan fakir-miskin.
Adapun sesuatu dari semua itu bila menjadi sebab kita
menjadi sombong, zholim, bermaksiat, dan semakin jauh dari Allah dan surga,
maka ia akan menjadi penyesalan.
Rasululullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah
bersabda,
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ
وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ
وَيَبْقَى عَمَلُهُ
"Mayat akan diiringi oleh tiga
perkara. Tiga (diantaranya) akan kembali, dan tiggallah bersamanya satu hal.
Dia akan diiringi oleh keluarga, harta dan amalannya. Kemudian keluarga dan
harta bendanya akan kembali dan tinggallah (bersama mayat) amalannya".
[HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (6514) dan Muslim dalam Shohih-nya
(no. 2960)]
Silakan anda lihat!! Si mayit tidak diiringi menuju
pekuburan, melainkan diiringi oleh keluarga, harta dan amal sholihnya. Demikian
dominan yang ada pada manusia. Bahkan disana ada diantara manusia yang tidak
diiringi oleh salah satu diantaranya. Ada
sebagian orang tidak diiringi oleh keluarganya yang akan mendoakannya. Ada juga yang tidak
memiliki harta, hanya diiringi oleh beberapa gelintir keluarganya. Jenis lain
dari kalangan manusia, ada yang hanya diiringi oleh amal sholihnya. Namun yang
paling celaka, jika seorang hamba berpulang ke hadirat Allah Robbul alamin,
tanpa sesuatu apapun; tidak memiliki keluarga yang mendoakan, tidak memiliki
harta yang mengafani dirinya dan tidak pula memiliki amal sholih, karena
keduarhakaan atau kesyirikan dan kekafirannya kepada Allah. [Lihat 'Umdah
Al-Qori (33/307) oleh Badruddin Al-'Ainiy Al-Hanafiy]
Lantaran itu, hendaknya seorang hamba menjauhkan diri
dari segala macam kedurhakaan dan maksiat, apalagi dosa terbesar, yaitu
kesyirikan (menduakan Allah dalam ibadah). Dosa syirik ini akan menghacurkan
semua amal sholih seseorang dan menyebabkan pelakunya akan dikekalkan dalam
neraka!! [Lihat Al-Qoul Al-Mufid (1/122) oleh Ibn Utsaimin]
Ingatlah bahwa perginya para pengantar meninggalkan
pekarangan dan halaman pekuburan, maka datanglah dua malaikat : Munkar dan
Nakir yang akan menanyai manusia[1],
lalu tinggallah -bersama mayat- amalan sholihnya yang akan menghiburnya dalam
penantian yang panjang; menanti datangnya hari pembalasan. Amal sholihnya akan
masuk bersamanya dalam kubur. [Lihat Fathul Bari (11/365), karya Al-Hafizh Ibn
Hajar Al-Asqolaniy]
Kelak di alam kuburnya, sebelum ia berdiri panjang di
Padang Mahsyar, ia akan memetik pahala atas amal sholihnya yang dahulu ia
bersusah payah dan bersabar dalam mengerjakannya. [Lihat Syarh Sunan Abi
Dawud (1/2) oleh Guru kami, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr][2]
Amal sholih inilah yang senantiasa mengirinya dan tak
akan pergi darinya. Adapun harta benda dan keluarga serta handai taulannya,
maka tidak akan menyertainya ke dalam kuburnya. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadzi
(7/42-43) oleh Muhammad Abdur Rohman Al-Mubarokfuriy, dan Dalil
Al-Falihin (1/398) oleh Ibnu Allan Ash-Shiddiqiy]
Jika anda telah menyadari bahwa harta dan keluarga atau
sahabat tidak akan bermanfaat bagi anda bila anda berada di alam kubur, maka
itulah dunia yang hanya menjadi perhiasan dan kebanggan kita saat hidup. Semua
itu tidak akan berguna, kecuali dimanfaatkan untuk beramal sholih.
Ulama Jazirah Arab, Syaikh Muhammad bin Sholih
Al-'Utsaimin -rahimahullah- berkata,
وفي هذا الحديث دليل على أن الدنيا كل زينة الحياة الدنيا ترجع ولا تبقى
معك في قبرك، المال والبنون زينة الحياة الدنيا ترجع، من الذي يبقى ؟ فقط العمل.
فعليك يا أخي أن تحرص على الصاحب الذي يبقى ولا ينصرف مع من ينصرف،
وعليك أن تجتهد حتى يكون عملك عملاً صالحاً يؤنسك في قبرك إذا انفردت به عن
الأحباب والأهل والأولاد .
"Di dalam hadits ini terdapat dalil
bahwa dunia seluruhnya adalah perhiasan kehidupan dunia yang akan kembali dan
tidak akan kekal bersamamu dalam kuburmu. Harta benda dan keturunan adalah
perhiasan (dalam) kehidupan dunia yang akan kembali (dari kuburmu). Nah, apa
yang tersisa (tinggal bersama mayit)? Cuma amalannya!! Maka hendaknya engkau
–wahai saudaraku- memperhatikan teman (yakni, amal sholih) yang akan tingga
kekal (bersamamu dalam kubur) dan tidak akan pulang bersama orang-orang yang
pulang. Hendaknya engkau bersungguh-sungguh, sehingga amalanmu merupakan amalan
sholih yang akan menyenangkanmu di dalam kuburmu, bila engkau telah
bersendirian bersama amal sholihmu, (jauh) dari orang-orang yg engkau cintai, keluarga
dan anak-anak." [Lihat Syarh Riyadh Ash-Sholihin
(1/123) oleh Ibn 'Utsaimin]
Di dunia jangan anda lalai dr memperbaiki amal dan
perbuatanmu. Jadikanlah semua perbuatanmu bernilai ibadah dengan dua syarat
yang menyertainya : ikhlashul amal (memurnikan
amalan dr segala penyakit hati, berupa riya', sum'ah dan ujub) dengan
mengharapkan wajah Allah, dan yang kedua ittiba'us
sunnah (mengikuti sunnah dan
petunjuk Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-).
Syaikh Faishol bin Abdil Aziz Alu Mubarok -rahimahullah-
berkata,
((في هذا الحديث : الحث على تحسين العمل ليكون
أنيسه في قبره )) اهـ
"Di dalam hadits ini, ada anjuran
untuk memperbaiki amalan agar menjadi teman pendamping di alam kubur". [Lihat
Tathriz Ar-Riyadh (1/95)][3]
[2] Syarah beliau ini masih dalam bentuk rekaman kaset.
Namun belakangan sebagian tholabatul 'ilmi (para penuntut ilmu) telah melakukan
transkrip terhadap semua syarah beliau tersebut, lalu mereka masukkan dalam
aplikasi "Al-Maktabah Asy-Syamilah." Darinyalah kami nukil. Semoga
suatu saat nanti ada yang men-tahqiq-nya dan mencetaknya, sehingga faedahnya
tersebar luar. Jazallahu khoiron kulla man qooma bi tafriigih wa nasyrih.
[3] Hal
yang serupa juga dinyatakan oleh Ibnu Allan Ash-Shiddiqiy -rahimahullah- dalam
Dalil Al-Falihin (1/398)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya yang sopan